Sang Hyang Kamahāyānikan merupakan salah satu kitab Dharma warisan peradaban Buddhis Nusantara. Pembahasan tentang kitab ini dapat kita temukan di mana-mana, mulai dari buku, internet, sampai diskusi dan seminar. Namun, masih banyak kekeliruan dalam berbagai sumber tersebut.
Untuk membongkar mispersepsi terhadap kitab tersebut dan menguraikan lebih jelas perihal Sang Hyang Kamahāyānikan beserta relevansinya dengan kehidupan masa kini, Sangha Vajrayana Indonesia bekerja sama dengan Kadam Choeling Indonesia mengadakan webinar bertajuk “Sang Hyang Kamahāyānikan: Menyusun Kembali Kepingan Buddhisme Nusantara yang Terlupakan”.
Selain membongkar mispersepsi melalui pemaparan sejarah, webinar ini juga membahas isi kitab Sang Hyang Kamahāyānikan secara mendalam dengan merujuk kitab-kitab Buddhis lain serta menerjemahkan isi kitab tersebut menjadi praktik yang bisa kita lakukan sehari-hari. Ini semua dikemas dalam empat sesi yang terbagi dalam dua hari, 6 dan 7 Februari 2021, dan diikuti lebih dari 140 peserta via aplikasi Zoom.
Pembahasan sesi pertama mengupas sejarah dan menepis mispersepsi seputar Sang Hyang Kamahāyānikan
Sesi pertama diberi judul “Mengupas Sejarah dan Menepis Mispersepsi Seputar Sang Hyang Kamahāyānikan” dan diisi oleh Śrāmaṇera Guna Sagara. Sebagai penggiat aksara kuno, beliau akrab dengan berbagai kitab peninggalan sejarah, termasuk Sang Hyang Kamahāyānikan.
Ternyata memang banyak miskonsepsi terhadap Sang Hyang Kamahāyānikan, salah satunya perihal kerahasiaan Sang Hyang Kamahāyānikan. Sebenarnya kitab ini merupakan ajaran yang rahasia sehingga tidak bisa diakses dan dipelajari oleh sembarang orang.
Śrāmaṇera Guna Sagara memaparkan sejarah Sang Hyang Kamahāyānikan di sesi pertama webinar.
“Sang Hyang Kamahāyānikan memuat tantra,” ujar Śrāmaṇera Guna Sagara. Sang Hyang Kamahāyānikan ini memuat ajaran Sutra dan Tantra dalam naskah yang ditulis pada daun lontar. Faktanya, Tantra merupakan sebuah ajaran rahasia yang hanya bisa dipraktikkan oleh pemegang samaya (sumpah) dan menuntut kedisiplinan yang tinggi.
Siapapun yang ingin mempelajari tantra harus memenuhi syarat terlebih dahulu, seperti merealisasikan penolakan samsara, memiliki bodhicita, dan memahami kesunyataan. Setelah memenuhi syarat tersebut, ia harus menerima izin berupa abhiṣeka atau inisiasi dari seorang guru.
Untuk menjelaskan cara mempersiapkan diri bagi orang yang ingin belajar Tantra, Naro Cahya, mahasiswa filsafat Buddhis Central Institute of Higher Tibetan Studies, Sarnath, Varanasi, menguraikan cara memahami Sang Hyang Kamahāyānikan melalui tahapan jalan.
Topik kedua webinar membahas cara memahami Sang Hyang Kamahāyānikan, dibawakan oleh Naro Cahya.
Pembahasan sesi kedua memahami Sang Hyang Kamahāyānikan
“Kita menyetujui bahwa Sang Hyang Kamahāyānikan adalah Mahayana-Tantra. Syarat belajar Tantra kita Mahayana yang punya bodhicita, keinginan untuk menolong semua makhluk,” tutur Naro.
Ia meneruskan, keinginan menolong semua makhluk harus dimulai dari diri sendiri dahulu yang dilandasi oleh tiga motivasi, yakni motivasi kecil, sedang, dan agung. Motivasi kecil untuk mencapai kebahagiaan di masa mendatang, motivasi tingkat sedang (menengah) untuk mencapai kebahagiaan (pembebasan samsara) bagi diri sendiri, dan motivasi tingkat agung ini yang paling mulia, yaitu menginginkan semua makhluk berbahagia dan bebas dari penderitaan.
Selain memiliki motivasi, sebagai seorang murid, kita juga harus memiliki sikap yang baik seperti tidak memiliki sila merosot, menghormati guru serta ajaran, dan menjalankan praktik sesuai dengan perkataan pembimbing. Seorang Guru pun harus membimbing muridnya dengan baik agar bisa mencapai tujuan dengan baik.
Pembahasan sesi ketiga latihan Paramita dalam Sang Hyang Kamahāyānikan
Pada sesi ketiga tanggal 7 Februari 2021, Y.M Biksu Tenzin Tringyal membahas perihal latihan Paramita dalam Sang Hyang Kamahāyānikan. Beliau menempuh pendidikan filsafat Buddhis tradisi Nalanda dan pernah menjabat sebagai kepala disiplin Sangha KCI (2012-2014).
Y.M. Biksu Tenzin Tringyal “menerjemahkan” ajaran dalam Sang Hyang Kamahāyānikan dalam bentuk praktik paramita yang bisa dilatih sehari-hari.
“Enam Paramita dalam Sang Hyang Kamahāyānikan ditujukan untuk praktisi Mahayana. Ini adalah Sang Hyang Kamahāyānikan yang aku akan ajarkan kepadamu, putra Jina dari keluarga Tathagata,” demikian bunyi kutipan dari kitab Sang Hyang Kamahāyānikan yang dibacakan oleh Tenzin Tringyal sambil menegaskan bahwa Putra Jina di sini artinya adalah Bodhisattva.
Enam Paramita dalam Sang Hyang Kamahāyānikan yang perlu dilatih yaitu:
(a) Dana Paramita, dibagi menjadi tiga bagian yaitu berdana kebutuhan pokok, berdana orang-orang yang kita sayangi, dan mempersembahkan tubuh untuk kesejahteraan semua makhluk;
(b) Sila Paramita, berkaitan dengan menghentikan perilaku buruk dan menumbuhkan perilaku baik melalui tubuh, ucapan, dan batin;
(c) Ksanti Paramita, yaitu batin seimbang terhadap semua hal yang disenangi dan tidak;
(d) Viriya Paramita, yakni berusaha dengan penuh semangat demi kesejahteraan semua makhluk;
(e) Dhyana Paramita, yakni meditasi yang merenungkan welas asih terhadap semua makhluk apapun status mereka; dan
(f) Prajna Paramita, kebijaksanaan yang mengenali semua hal baik tubuh, pengetahuan, tindakan, atau produk bersifat sunya.
Pembahasan sesi keempat pemahaman Tantra melalui konsep Pañca Tathāgata dalam Sang Hyang Kamahāyānikan
Kemudian di sesi keempat, Śrāmaṇeri Tenzin Tshojung, penerjemah kitab Buddhis dan penerjemah lisan bagi guru-guru Dharma, memberikan penjelasan perihal pemahaman Tantra melalui konsep Pañca Tathāgata dalam Sang Hyang Kamahāyānikan.
“Pañca Tathāgata adalah salah satu konsep unik di tantra. Pañca Tathāgata ini berkaitan dengan yang kita sebut svabhavathanagotra,” tutur Śrāmaṇeri. Svabhavathanagotra ini adalah benih kebuddhaan.
Pemaparan tentang unsur tantra dalam Sang Hyang Kamahāyānikan oleh Śrāmaṇeri Tenzin Tshojung.
“Saya tidak bisa membahasnya secara dalam, akan lebih baik bila kalian mengetahuinya secara umum,” imbuhnya. Secara ringkas, Śrāmaṇeri Tenzin Tshojung menjelaskan bahwa Pañca Tathāgata bisa diraih bila kita bisa memurnikan ketidaktahuan, kesombongan, kemelekatan, iri hati, dan kemarahan.
Bila sudah memurnikan lima hal ini, kita bisa memperoleh apa yang kita inginkan berupa kualitas baik secara fisik, ucapan, batin, dan rampungnya aktivitas yang kita lakukan.
Ajaran Buddhis dalam kitab Sang Hyang Kamahāyānikan mengajarkan kita untuk membersihkan diri dari lima sifat buruk seperti ketidaktahuan, kesombongan, kemelekatan, iri hati, dan kemarahan, juga mendorong kita untuk membangkitkan bodhicita untuk membantu makhluk lain bebas dari penderitaan.
Sebagai penutup, penyelenggara menghimbau para akademisi untuk terus meneliti kitab Sang Hyang Kamahāyānikan serta mengajak seluruh umat awam untuk belajar, merenung, dan memeditasikan nilai-nilai baik dalam kitab ini untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menyelenggarakan webinar, Sangha Vajrayana Indonesia juga membuka ruang diskusi bagi siapa pun yang ingin berkenalan dengan praktik Vajrayana dan belajar cara memahami kitab-kitab sutra dan tantra.
Kelas diskusi ketiga dengan tajuk “Petunjuk Belajar Sutra dan Tantra bagi Praktisi Pemula” dapat diikuti dengan mengisi formulir di sini.
The post Webinar Sang Hyang Kamahāyānikan: Menyusun Kembali Kepingan Buddhisme Nusantara yang Terlupakan appeared first on BuddhaZine.