Ajahn Sujato, seorang bhikkhu asal Australia yang ditahbiskan dalam silsilah hutan Thailand Ajahn Chah, mengajar sejumlah hal terkait Sutta Piṭaka dalam rangkaian Sutta Retreat yang berlangsung 5-9 Juni 2023, di Vihara Pluit Dharma Sukha, Jakarta.
Retret bersifat non-stay in (tidak menginap) di mana para peserta pulang ke rumah masing-masing setelah acara selama sehari selesai. Namun para peserta dari luar kota diperkenankan menginap di vihara.
Dalam salah satu sesi ceramahnya, Ajahn Sujato menjelaskan bahwa sutta adalah teks Buddhis yang isinya paling mendekati kata-kata Buddha sekitar 2.500 tahun lalu. Ia mengaku, selama ini lebih cenderung menelaah sutta berdasarkan perspektif analisis sejarah.
Sejumlah orang menurut dia memandang kebenaran sutta berdasarkan iman atau keyakinan. Menurut dia, hal ini tidaklah bermasalah, meski kenyataannya ada sutta yang meminta untuk tidak sekadar mengandalkan keyakinan.
“Beberapa ada yang memandang [kebenarannya] karena koneksi mistikal. Itu juga tidak masalah, tapi itu kan sesuatu yg personal,” kata pakar early Buddhism atau Buddhisme awal itu.
Sementara itu, telah berbasis analisis sejarah yang kritis menurut dia berpijak pada indikator independen yang ada di dalam sutta itu sendiri. Jadi bukan dari bukti lain yang menyatakan bahwa sutta itu benar.
“Mungkin suatu pesan [dalam sutta] itu tidak jelas, tapi jika dibandingkan dengan [bagian sutta] yang lain, itu menjadi jelas,” urainya.
Berdasarkan analisis sejarah, indikasi yang bisa dilihat adalah bahasa, yang bisa dicocokkan dengan temuan arkeologis. Ia mencontohkan, ada banyak kata besi di sutta. Dari situ, bisa dipahami bahwa konteks historis sutta adalah masyarakat yang sudah menemukan dan memanfaatkan besi. Demikian halnya dengan penyebutan 16 kerajaan besar (Mahājanapadas) yang memang masih ada di masa Buddha hidup.
“Jadi bisa diketahui jika sutta ini terletak di lokasi dan waktu yang sangat partikular,” ungkap penggagas suttacentral.net itu.
Ia juga menambahkan, di dalam sutta, Buddha disebutkan sering menyapa muridnya dengan “wahai para para bhikkhu“. Menurutnya ini sebenarnya tidak merujuk pada bhikkhu saja, namun juga bhikkhuni.
“Jadi di situ [ketika Buddha membabarkan sutta tertentu] bisa hanya ada bhikkhu saja, atau mungkin pas ada bhikkhuni juga,” katanya.
The post Pakar “Early Buddhism” Ajahn Sujato Bimbing Retret Sutta di Vihara Pluit appeared first on BuddhaZine.